Diksi, dalam arti aslinya dan pertama,
merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau
pembicara. Arti kedua, arti "diksi" yang lebih umum
digambarkan dengan enunsiasi
kata - seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami
hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan
dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya.
Diksi memiliki
beberapa bagian; pendaftaran - kata formal
atau informal
dalam konteks sosial - adalah yang utama. Analisis diksi secara literal
menemukan bagaimana satu kalimat menghasilkan intonasi
dan karakterisasi, contohnya penggunaan kata-kata yang berhubungan dengan
gerakan fisik menggambarkan karakter aktif, sementara penggunaan kata-kata yang
berhubungan dengan pikiran menggambarkan karakter yang introspektif. Diksi juga
memiliki dampak terhadap pemilihan kata dan sintaks.
Diksi menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia pusat bahasa Departemen Pendidikan Indonesia adalah pilihan kata yg
tepat dan selaras (dalam penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga
diperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan).
Fungsi dari diksi antara lain :
- Membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar
dan tidak salah paham terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau
penulis.
- Untuk mencapai target komunikasi yang efektif.
- Melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal.
- Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat
resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
Diksi terdiri
dari delapan elemen: Fonem, Silabel, Konjungsi,
Hubungan,
Kata benda, Kata kerja, Infleksi,
dan Uterans.
Macam macam hubungan makna :
- Sinonim
Merupakan kata-kata yang memiliki persamaan / kemiripan makna. Sinonim
sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya
kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain. Contoh: Kata buruk dan
jelek, mati dan wafat.
- Antonim.
Merupakan ungkapan (berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya
dianggap kebalikan dari makna /ungkapan lain. Contoh: Kata bagus
berantonim dengan kata buruk; kata besar berantonim dengan kata kecil.
- Polisemi.
Adalah sebagai satuan bahasa (terutama kata atau frase) yang memiliki
makna lebih dari satu. Contoh: Kata kepala bermakna ; bagian tubuh dari
leher ke atas, seperti terdapat pada manusia dan hewan, bagian dari suatu
yang terletak di sebelah atas atau depan, seperti kepala susu, kepala
meja,dan kepala kereta api, bagian dari suatu yang berbentuk bulat seperti
kepala, kepala paku dan kepala jarum dan Iain-lain.
- Hiponim.
Adalah suatu kata yang yang maknanya telah tercakup oleh kata yang lain,
sebagai ungkapan (berupa kata, frase atau kalimat) yang maknanya dianggap
merupakan bagian dari makna suatu ungkapan. Contoh : kata tongkol adalah
hiponim terhadap kata ikan, sebab makna tongkol termasuk makna ikan.
- Hipernim.
Merupakan suatu kata yang mencakup makna kata lain.
- Homonim.
Merupakan kata-kata yang memiliki kesamaan ejaan dan bunyi namun berbeda
arti.
- Homofon.
Merupakan kata-kata yang memiliki bunyi sama tetapi ejaan dan artinya
berbeda.
- Homograf.
Merupakan kata-kata yang memiliki tulisan yang sama tetapi bunyi dan
artinya berbeda.
Makna Denotasi
Makna Denotasi merupakan makna kata
yang sesuai dengan makna yang sebenarnya atau sesuai dengan makna kamus.
Contoh :
Adik makan nasi.
Makan artinya memasukkan sesuatu ke
dalam mulut.
Makna Konotasi
Kalau makna Denotasi adalah makna
yang sebenarnya, maka seharusnya Makna Konotasi merupakan makna yang bukan
sebenarnya dan merujuk pada hal yang lain. Terkadang banyak eksperts linguistik
di Indonesia mengatakan bahwa makna konotasi adalah makna kiasan, padahal makna
kiasan itu adalah tipe makna figuratif, bukan makna konotasi. Makna Konotasi
tidak diketahui oleh semua orang atau dalam artian hanya digunakan oleh suatu
komunitas tertentu. Misalnya Frase jam tangan.
Contoh:
Pak Slesh adalah seorang pegawai
kantoran yang sangat tekun dan berdedikasi. Ia selalu disiplin dalam
mengerjakan sesuatu. Pada saat rapat kerja, salah satu kolega yang hadir
melihat kinerja beliau dan kemudian berkata kepada sesama kolega yang lain “Jam
tangan pak Slesh bagus yah”.
Dalam ilustrasi diatas, frase jam
tangan memiliki makna konotasi yang berarti sebenarnya disiplin. Namun makna
ini hanya diketahui oleh orang-orang yang bekerja di kantoran atau semacamnya
yang berpacu dengan waktu. Dalam contoh diatas, Jam Tangan memiliki Makna
Konotasi Positif karena sifatnya memuji
Makna konotasi dibagi menjadi 2
yaitu konotasi positif merupakan kata yang memiliki makna yang dirasakan
baik dan lebih sopan, dan konotasi negatif merupakan kata yang bermakna kasar
atau tidak sopan.
Kalimat Efektif (Pengertian, Ciri
dan contoh Kalimat Efektif), dan Kalimat Turunan
- Pengertian Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan pikiran
atau gagasan yang disampaikan sehingga dapat dipahami dan dimengerti
oleh orang lain.
- Kalimat efektif syarat-syarat sebagai berikut:
1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau
pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
- Ciri-Ciri Kalimat Efektif
1.Kesepadanan
Suatu kalimat efektif harus
memenuhi unsur gramatikal yaitu unsur subjek (S), predikat (P), objek (O),
keterangan (K). Di dalam kalimat efektif harus memiliki
keseimbangan dalam pemakaian struktur bahasa.
Contoh:
Budi (S) pergi (P) ke kampus (KT).
Tidak Menjamakkan Subjek
Contoh:
Tomi pergi ke kampus, kemudian Tomi pergi ke perpustakaan
(tidak efektif)
Tomi pergi ke kampus, kemudian ke perpustakaan (efektif)
2.Kecermatan Dalam Pemilihan dan Penggunaan
Kata
Dalam membuat kalimat efektif jangan
sampai menjadi kalimat yang ambigu (menimbulkan tafsiran ganda).
Contoh:
Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (ambigu dan tidak efektif).
Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah
(efektif).
3.Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya
adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap
tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Hal ini dikarenakan,
penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud kalimat. Untuk itu,
ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan
penghematan, yaitu:
a. Menghilangkan pengulangan subjek.
b. Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
d. Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh:
Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di
rumahku. (tidak efektif)
Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)
Dia sudah menunggumu sejak dari pagi.
(tidak efektif)
Dia sudah menunggumu sejak pagi. (efektif)
4.Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu
dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang
berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan
yang logis/masuk akal.
Contoh:
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)
5.Kesatuan atau Kepaduan
Kesatuan atau kepaduan di sini
maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu, sehingga
informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu:
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak
mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib
dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara
predikat kata kerja dan objek penderita.
Contoh:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang
kota yang telah terlanjurmeninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan
rasa kemanusiaan. (efektif)
Makalah ini membahas tentang teknologi
fiber optik. (tidak efektif)
Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)
6.Keparalelan atau Kesajajaran
Keparalelan atau kesejajaran adalah
kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika
pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama
menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus
menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.
Contoh:
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Harga sembako dibekukan atau kenaikan
secara luwes. (tidak efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)
7.Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu
perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari kalimat. Untuk membentuk
penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu:
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan
itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan
lain.
Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
(ketegasan)
Presiden mengharapkan agar rakyat
membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada
dirinya.
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
(ketegasan)
b. Membuat urutan kata yang
bertahap.
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah)
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah
disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (benar)
c. Melakukan pengulangan kata
(repetisi).
Contoh:
Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.
d. Melakukan pertentangan terhadap
ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu bodoh, tetapi pintar.
e. Mempergunakan partikel penekanan
(penegasan), seperti: partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh:
Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?
Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini.
Karangan ilmiah, laporan kerja,
surat lamaran atau jenis komunikasi lain, seluruhnya harus menggunakan
kalimat yang baik dan benar. Baik memungkinkan karangan itu dapat diterima oleh
siapapun dan benar artinya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Kesalahan
kalimat dapat berakibat fatal, salah pengertian, salah tindakan, dan
sebagainya.
Kesalahan Stuktur
a. Kalimat aktif tanpa subjek
Menurut ahli hukum menyatakan bahwa ekonomi Indonesia segera
bangkit jika hukum ditegakkan. (salah)
Ahli hukum menyatakan bahwa ekonomi
Indonesia segera bangkit jika hukum ditegakkan. (benar)
- Menempatkan kata depan di depan subjek, dengan kata
depan ini subjek berubah fungsi menjadi keterangan
- Di
Jakarta memiliki pusat perdangangan terbesar di Asean. (salah)
- Jakarta memiliki pusat perdangangan terbesar di Asean.
(benar)
- Di
Jakarta tedapat pusat perdangangan terbesar di Asean. (benar)
b. Menempatkan kata yang di
depan predikat, sehingga berubah fungsi menjadi perluasan objek
- Petani yang bekerja di sawah. (salah)
- Petani bekerja di sawah. (benar)
c. Menempatkan kata depan di depan
objek. Dalam kata kerja transitif langsung diikuti objek dan tidak disisipi
kata depan
- Mereka mendiskusikan tentang keselamatan kerja. (Salah)
- Mereka mendiskusikan keselamatan kerja. (benar)
d. Menempatkan kata penghubung
intrakalimat tunggal pada awal kalimat
- Ia pandai. Sehingga selalu mendapt beasiswa. (salah)
- Ia pandai sehingga selalu mendapat beasiswa. (benar)
e. Penggabungan anak kalimat
- Meskipun sudah kaya raya, tetapi ia tetap bekerja
keras. (salah)
- Meskipun sudah kaya raya, ia tetap bekerja keras.
(benar)
- Tidak…tetapi, tidak hanya…tetapi juga, bukan
hanya…melainkan juga.
f. Salah urutan
- Ia menulis laporan, mengamati data, dan menyerahkan
laporan itu. (salah)
- Ia mengamati data, menulis laporan, dan menyerahkan
laporan itu. (benar)
- Jenis Kalimat Menurut Jumlah Klausanya
Menurut jumlah klausa pembentuknya,
kalimat dapat dibedakan atas dua macam, yaitu kalimat tunggal, kalimat majemuk
atau kalimat turunan.
- Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang
mempunyai satu klausa. Karena klausanya yang tunggal maka dinamai kalimat
tunggal. Hal itu juga berarti hanya ada satu P(predikat) di dalam kalimat
tunggal. Seperti telah dijelaskan, unsur S dan P adalah penanda klausa. S dan p
selalu wajib dalam setiap kalimat.
Adapun O, Pel, dan Ket sifatnya
tidak wajib hadir di dalam kalimat, termasuk dalam kalimat tunggal. Kehadiran
O, Pel, Ket bergantung pada P. Jika P masih perlu dilengkapi, barulah unsur
yang melengkapi itu dihadirkan.
Contoh :
- Kami mahasiswa Indonesia.
- Jawaban anak pintar itu sangat tepat.
- Mobil orang kaya itu ada delapan.
Kalimat tunggal dapt dilengkapi atau
diperluas dengan menambah satu unsur O, Pel, dan Ket. Jadi kalimat tunggal
tidak harus berupa kalimat pendek.
2.
Kalimat Majemuk
Kalimat majemuk adalah kalimat yang
merupakan gabungan dua atau lebih kalimat tunggal. Hal itu berarti dalam
kalimat majemuk terdapat lebih dari satu klausa.
Perhatikan contoh diberikut ini.
v Seorang manajer harus
mempunyai wawasan yang luas dan
S
P1
O1
harus menjunjung tinggi etika
profesi .
P2
O2
v Anak-anak bermain
layang-layang di halaman kampus ketika
S1
P1
O1
Ket
para dosen, karyawan, dan mahasiswa
menikmati hari libur .
S2
P2 O2
Contoh yang pertama disebut kalimat
majemuk setara karena mempunyai dua klausa yang setara/sejajar. Penanda yang
memisahkan klausa dalam kalimat majemuk setara antara lain konjungsi dan.
Contoh yang kedua disebut kalimat majemuk bertingkat karena klausa yang kedua
merupakan perluasan dari klausa pertama. Penanda yang memisahkannya adalah
konjungtor ketika.
Kalimat Majemuk Setara
Kalimat majemuk setara mempunyai
ciri :
- Dibentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal
- Kedudukan tiap kalimat sederajat
Penghubung
Klausa dalam Kalimat Majemuk Setara
Jenis
Hubungan
|
Fungsi
|
Kata
Penghubung
|
penjumlahan
|
menyatakan penjumlahan atau
gabungan kegiatan, keadaan, peristiwa, dan proses
|
dan, serta, baik, maupun
|
pertentangan
|
menyatakan bahwa hal yang
dinyatakan dalam klausa pertama bertentangan dengan klausa kedua
|
tetapi, sedangkan, bukannya,
melainkan
|
Pemilihan
|
menyatakan pilihan di antara dua
kemungkinan
|
Atau
|
Perurutan
|
menyatakan kejadian yang berurutan
|
lalu, kemudian
|
Contoh kalimat majemuk setara :
- Erni mengonsep surat itu dan Rini mengetiknya.
- Muridnya kaya, tetapi ia sendiri miskin.
- Engkau tinggal disini, atau ikut dengan saya.
- Ia memarkir mobilnya di lantai 3, lalu naik lift
ke lantai 7.
Kalimat Majemuk Bertingkat
Konstruksi kalimat majemuk
bertingkat berbeda dengan kalimat majemuk setara. Perbedaannya terletak pada
derajat klausa pembentuknya yang tidak setara karena klausa kedua merupakan
perluasan dari klausa pertama. Karena itu, konjungtur kalimat majemuk
bertingkat juga berbeda dengan konjungtur kalimat majemuk setara.
Penghubung
Klausa dalam Kalimat Majemuk Bertingkat
Jenis
Hubungan
|
Kata
Penghubung
|
a. waktu
|
sejak, sedari, sewaktu, sementara,
seraya, setelah, sambil, sehabis, sebelum, ketika, tatkala, hingga, sampai
|
b. syarat
|
jika(lau), seandainya, andaikata,
andaikan, asalkan, kalau, apabila, bilamana, manakala
|
c. tujuan
|
agar, supaya, untuk, biar
|
d. konsesif
|
walau(pun), meski(pun),
sekali(pun), biar(pun), kendati(pun), sungguh(pun)
|
e. pembandingan
|
seperti, bagaikan, laksana,
sebagaimana, daripada, alih-alih, ibarat
|
f. sebab/alasan
|
sebab, karena
|
g. akibat/hasil
|
sehingga, sampai-sampai, maka
|
h. cara/alat
|
dengan, tanpa
|
i. kemiripan
|
seolah-olah, seakan-akan
|
j. kenyataan
|
Padahal, nyatanya
|
k. penjelasan/ kelengkapan
|
bahwa
|
Contoh kalimat majemuk bertingkat:
- Dia datang ketika kami sedang rapat.
- Lalu lintas akan teratur andaikata pemakai jalan
berdisiplin tinggi.
- Anda harus bekerja keras agar berhasil.
- Semangat belajarnya tetap tinggi walaupun
usianya sudah lanjut.
- Aku memahaminya sebagaimana ia memahamiku.
Sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Diksi
http://disclamaboy.wordpress.com/2012/11/02/diksi-pengertian-dan-macam-macamnya/
http://widiapriyadi.blogspot.com/2012/11/kalimat-efektif-pengertian-ciri-dan.html
http://meirianie.wordpress.com/2011/05/11/kalimat-efektif-dan-kalimat-turunan/