Pengertian
dan fungsi Budaya Organisasi
Budaya organisasi adalah sebuah sistem
makna bersama yang dianut
oleh para
anggota yang membedakan
suatu organisasi
dari organisasi-organisasi
lainnya.
Sistem makna bersama ini
adalah sekumpulan
karakteristik
kunci yang dijunjung tinggi
oleh organisasi.
Fungsi-fungsi budaya
Budaya memiliki sejumlah
fungsi
dalam organisasi.
Batas
Budaya berperan sebagai penentu
batas-batas; artinya,
budaya menciptakan
perbedaan atau yang membuat
unik suatu
organisasi dan membedakannya
dengan
organisasi lainnya.
Identitas
Budaya memuat rasa identitas
suatu organisasi.
Komitmen
Budaya memfasilitasi lahirnya
komitmen terhadap sesuatu yang lebih
besar daripada kepentingan individu.
Stabilitas
Budaya meningkatkan stabilitas
sistem sosial karena budaya adalah perekat
sosial yang membantu menyatukan organisasi
dengan cara menyediakan standar mengenai
apa yang sebaiknya dikatakan dan
dilakukan karyawan.
Pembentuk sikap dan perilaku
Budaya bertindak sebagai mekanisme
alasan yang masuk akal (sense-making) serta
kendali yang menuntun dan membentuk
sikap dan perilaku karyawan. Fungsi terakhir
inilah yang paling menarik. Sebagaimana
dijelaskan oleh kutipan berikut, budaya
mendefinisikan aturan main:
“Dalam definisinya,
bersifat samar,
tanmaujud, implisit, dan
begitu adanya.
Tetapi, setiap
organisasi mengembangkan
sekmpulan inti yang
berisi asumsi, pemahaman,
dan aturan-aturan
implisit yang mengatur
perilaku sehari-hari di
tempat kerja..
Hingga para pendatang
baru mempelajari aturan,
mereka tidak diterima
sebagai anggota
penuh organisasi.
Pelanggaran aturan oleh
pihak eksekutif tinggi
atau karyawan lini depan
membuat publik luas
tidak senang dan memberi
mereka hukuman yang
berat. Ketaatan pada
aturan menjadi basis
utama bagi pemberian
imbalan dan mobilitas ke
atas”.
|
Budaya sebagai beban
Hambatan untuk perubahan
Budaya menjadi kendala manakala
nilai-nilai yang dimiliki bersama tidak sejalan
dengan nilai-nilai yang dapat meningkatkan
efektivitas organisasi. Hal ini paling mungkin
terjadi bila lingkungan sebuah organisasi
bersifat dinamis.
· Hambatan bagi keragaman. Merekrut
karyawan baru yang, karena faktor ras,
usia, jenis kelamin, ketidakmampuan,
atau perbedaan-perbedaan lain, tidak sama
dengan mayoritas anggota organisasi lain
akan menciptakan sebuah paradoks.
· Hambatan bagi akuisisi dan merger.
Secara historis, faktor kunci yang
diperhatikan manajemen ketika membuat
keputusan akuisisi atau merger terkait
dengan isu keuntungan finansial atau
sinergi produk. Belakangan ini, kesesuaian
budaya juga menjadi fokus utama.
Tipopologi
Budaya Organisasi
Ada beberapa tipologi budaya organisasi.
Kotter
dan Heskett (1998) mengkategorisasi
jenis
budaya organisasi menjadi tiga yaitu
budaya
kuat dan budaya lemah; budaya
yang
memiliki kecocokan strategik; dan
budaya
adaptif. Organisasi yang berbudaya
kuat
biasanya dapat dilihat oleh orang luar
sebagai
memilih suatu gaya tertentu.
Dalam
budaya organisasi yang kuat ini
nilai-nilai
yang dianut bersama itu
dikonstruksi
ke dalam semacam
pernyataan
misi dan secara serius
mendorong
para manajer untuk
mengikutinya.
Karena akar-akarnya
sudah
mendalam, gaya dan nilai budaya
yang
kuat cenderung tidak banyak
berubah
walaupun ada pergantian pimpinan.
Budaya adaptif didasari
pemikiran bahwa organisasi merupakan
sistem terbuka dan dinamis yang
dapat
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
lingkungan. Untuk dapat meraih
sukses
dalam lingkungan yang senantiasa
berubah, organisasi harus tanggap
terhadap kemungkinan-kemungkinan
yang akan terjadi, dapat membaca
kecenderungan-kecenderungan
penting dan melakukan penyesuaian
secara cepat. Budaya organisasi
adaptif
memungkinkan organisasi mampu
menghadapi setiap perubahan
yang terjadi tanpa harus
berbenturan
dengan perubahan itu sendiri.
Selanjutnya, Luthans (1992)
memaparkan karakteristik budaya
organisasi sebagai berikut:
1.
Peraturan-peraturan
perilaku
yang harus dipenuhi
2.
Norma-norma
3.
Nilai-nilai
yang dominan
4.
Filosofi
5.
Aturan-aturan
6.
Iklim
organisasi.
Semua karakteristik budaya
organisasi tersebut tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang
lainnya,
dalam arti bahwa unsur-unsur
tersebut mencerminkan budaya yang
berlaku dalam suatu jenis
organisasi,
baik yang berorientasi pada
pelayanan
jasa maupun organisasi yang
menghasilkan
produk barang.
Kreativitas individu dan team Proses
inovasi
Kreativitas
merupakan pikiran untuk
menciptakan sesuatu
yang baru, sedangkan
inovasi adalah
melakukan sesuatu yang baru.
Keduanya memiliki hubungan
“Inovasi merupakan
aplikasi praktis dari
kreativitas”.
Tetapi keduanya juga
memiliki perbedaan.
Dengan kata
lain, kreativitas bisa merupakan
variabel bebas,
sedangkan inovasi adalah variabel
tak bebas. Dalam
praktek bisnis sehari-hari,
ada perencanaan yang
meliputi strategi,
taktik, dan eksekusi.
Dalam pitching
konsultansi atau
agency, sering terdengar
keluhan bahwa secara
konseptual apa yang
disodorkan agency bagus,
tetapi strategi
itu tak berdampak pada
perusahaan karena
mandek di tingkat eksekusi.
Mengapa?
Sebab, strategi bisa
ditentukan oleh
seseorang, tetapi
eksekusinya harus melibatkan
banyak orang, mulai
dari atasan hingga bawahan.
Di sinilah mulai ada
gesekan antarkaryawan,
beda persepsi hingga
ke sikap penentangan.
Itu sebabnya, tak ada
perusahaan
yang mampu berinovasi
secara konsisten
tanpa dukungan
karyawan yang bisa memenuhi
tuntutan persaingan.
Hasil pengamatan
kami menunjukkan,
perusahaan-perusahaan
inovator sangat memperhatikan
masalah
pelatihan
karyawan, pemberdayaan, dan
juga sistem reward
untuk meng-create daya
pegas inovasi. Benih-benih
inovasi akan
tumbuh baik pada perusahaan-perusahaan
yang selalu
menstimulasi karyawan, dan
mendorong ke arah
ide-ide bagus.
Melalui program
pelatihan, sistem reward,
dan komunikasi, perusahaan
terus
berusaha untuk
mendemokratisasikan inovasi.